Senin, 07 Maret 2022

Janji

Janji

Pada suatu pagi, seorang saudagar kaya berjalan menuju pasar. Saat itu musim dingin dan hujan salju sedang turun.

Di tengah jalan, si saudagar bertemu seorang pengemis tua yang berpakaian tipis.

"Apakah kau tidak kedinginan berpakaian seperti itu?" tanya saudagar.

"Tentu saja kedinginan. Tapi bagaimana lagi, saya tidak punya baju hangat dan juga uang untuk membeli."

"Tunggulah di sini. Aku belikan baju hangat terbaik untukmu, "kata saudagar sungguh-sungguh.

"Terima kasih, Tuan. Saya akan menunggu."

Si saudagar bergegas ke pasar. Sesampainya di pasar, si saudagar bertemu dengan kolega bisnisnya. Mereka lama berbincang dan tak sengaja saudagar melupakan janjinya pada pengemis.

Malam hari saat tidur, pengemis itu mendatangi saudagar dalam mimpi.

"Apakah Tuan ingat saya?"

"Tentu saja. Kita berjumpa tadi pagi. Masyaalloh aku sungguh lupa tentang baju hangat. Maafkan aku. Bagaimana kabarmu?"

"Terlambat, Tuan. Aku sudah mati."

"Ma - mati? Bagaimana mungkin?"

"Iya, Tuan. Karena janjimu, aku benar-benar menunggumu. Bahkan ketika hujan salju bertambah lebat, aku tetap menunggu. Aku takut ketika berteduh, kamu tak bisa menemukanku. Aku terus menunggu hingga kedinginan. Dan ketika aku mulai meragukan janjimu, sudah terlambat. Badanku sudah terlalu dingin untuk berpindah tempat. Aku terjatuh dan ketika orang datang menolongku, mereka terlambat."

Ini hanya cerita fiksi. Saya pernah baca tapi lupa di mana. Jadi tulis ulang.

Janji yang kita ucapkan, bisa jadi receh bagi kita, tapi sangat berharga buat orang lain.

Karena itu bila berjanji, tepati atau sampaikan batal bila ternyata tidak sanggup menepatinya.

 

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar