Senin, 21 Agustus 2023

Salah Kaprah Antibiotik


Salah Kaprah Antibiotik
By tundjung

Pada suatu hari ... saya lupa harinya, yang jelas bukan pada hari minggu ku ikut ayah ke kota.

Ada ibu pasien mendatangi saya.

"Anak saya resisten banyak antibiotik, Dok."

Beliau lalu menyerahkan sebuah kertas hasil kultur. Tertulis dari sampel darah tumbuh kuman acinetobacter baumannii. Kuman yang mengingatkan saya pada senior baik hati kak Nevita Bachtiar .

"Kenapa baumanni ya, Njung? Kenapa bukan baukettek?"

(Halah. Skip skip)

Tertulis pulak resisten hampir semua jenis antibiotik. Yang masih sensitif antibiotik 'kelas atas' macam meropenem, vancomicin.

Hanya saja, itu hasil saat pasien berusia 7 bulan. Sekarang usianya 2 th, masuk RS karena diare.

"Waktu itu adik dirawat karena apa, Bu?"

"Operasi penutupan kolostomi, Dok."

Jadi begini, sodara. Istilah resisten antibiotik itu ditujukan buat kuman yang masuk tubuh. Ingat, ya. Kumannya yang resisten. Bukan tubuh kita.

Jadi kalau tubuh pernah dihinggapi kuman yang resisten banyak antibiotik, bukan berarti seumur hidup lantas kita gak bisa pake antibiotik tsb. Kan kuman yang resisten itu juga gak seumur hidup bersama kita.

Pertinyiinnyi, mengapa kuman resisten itu bisa hidup di tubuh?

Satu.
Mungkin kuman resisten langsung masuk tubuh kita.

Ini memungkinkan pada pasien yang dirawat lama di rumah sakit. Kemasukan bakteri di rs yang ternyata resisten.

Atau petugas yang merawat orang sakit yang di tubuhnya ada bakteri resisten.

Dua.
Seseorang yang sering 'kontak' dengan antibiotik, baik sengaja atau tidak.

Misal makan produk peternakan atau sayur yang terkontaminasi antibiotik. (Zaman dahulu ayam pedaging disuntik antibiotik agar cepat gede. Sekarang dah dilarang. Limbah antibiotik dibuang sembarangan sehingga mencemari lingkungan)

Minum antibiotik tidak tuntas. Misal untuk kasus tbc,  harus minum antibiotik 6 bln. Eh, ini baru 3 bulan trus berhenti karena bosan.

Dikit-dikit minum antibiotik padahal nggak perlu. Demam sampai 40, minta antibiotik.
Hasil feses rutin ada bakteri, minta antibiotik.
Nyeri telan, minum antibiotik.
Batuk lama karena asap rokok, minta antibiotik.
(Kalau nggak dikasih trus pindah dokter)

Ingat ya, dalam kondisi sehat tubuh kita itu juga banyak bakteri loh. Di kulit, di saluran cerna, saluran kencing. Hanya, mereka tidak selalu bikin sakit. Mungkin jumlah sedikit, atau antibodi bagus.

Saat tubuh gak butuh antibiotik tapi trus dikasih, kenalan lah bakteri itu sama antibiotik. Karena kenal, trus jadi sayang. (Ciee ... cieeee).

Si antibiotik pun cerita ini itu ke bakteri. Si bakteri jadi tau deh kelemahan antibiotik.

Nah, pada kondisi tertentu bakteri ini berkembang biak, beranak pinak, ghibah dll ... bisa menjadikan tubuh sakit. Trus pas dikasih antibiotik,  gak mempan lagi karena kuman dah tau kelemahannya.

Begitulah kira-kira jalinan kisah bakteri dan antibiotik. Bakteri jadi resisten karena kesalahan manusia yang mengenalkan padahal bukan jodohnya.

Pada kasus pasien yang saya rawat, tidak saya beri antibiotik. Kasus diare pada anak, sebagian besar disebabkan virus jadi gak butuh antibiotik.

Alhamdulillah 2 hari membaik.

Selasa, 25 Juli 2023

Permintaan Bahu

Permintaan Bahu

By tundjung

"Menikah denganku, harus siap jadi yang kedua. Istri pertamaku adalah melayani umat."

Itu kalimat pertamamu setelah ijab kabul. Selepas aku mencium punggung tangan kananmu. Ciuman pertamaku.

Aku maklum. Sejak muda kau sudah terbiasa ceramah di mana-mana. Ilmumu memang mumpuni. Sangat sayang bila tidak kau bagi.

"Jangan menangis. Aku pergi bukan untuk bersenang-senang. Bukankah saat menikah, kau sudah siap dengan semua ini?"

Itu hari ketiga paska melahirkan. Aku masih ingin ditemani. Tapi kau tetap pergi keluar kota. Ada undangan ceramah.

"Hai, kau masih cuci baju pakai tangan? Hahaha, sama dong."

Meli teman SMA berkunjung. Anaknya juga baru satu. Tetapi sudah berusia 2 tahun.

"Suamiku kadang bantu cuci. Tapi ya itu, rendaman cuma diinjek-injek. Nggak dikucek sama sekali," cerita Meli sambil menghalau anaknya agar tidak menganggu bayiku.

Aku cuma tersenyum kecut. Mas Rusli membantu nyuci? Hmm ....

"Kau tidak minta mesin cuci? Suamimu ceramah di mana-mana pasti banyak duit, dong."

Sekali lagi aku tersenyum kecut. Mas Rusdi memang hampir selalu memberikan uang hasil ceramah ke aku. Tapi jujur saja, jumlahnya tidak pasti.

Jamaah kadang hanya memberi fasilitas antar jemput. Kadang bingkisan. Kadang amplop. Apapun itu, kusyukuri.

"Dik, ada jamaah butuh uang. Dia terjebak rentenir. Uang yang kemarin, buat dia dulu, ya?"

Aku tak kuasa menolak. Meski kadang sebenarnya aku butuh.

"Ikhlaskan, nanti Alloh akan mengganti dengan yang lebih baik."

Kalau Mas Rusdi sudah bilang begitu, aku tak berani membantah sama sekali.

"Memang banyak jalan menuju surga. Tapi surga seorang istri itu gampang. Cukup ridho suami."

Ah, kalau sudah ngomong begitu pintu membantah terkunci sudah. Aku hanya mencoba meraih ridho suami dalam diam.

"Suamiku juga suka pura-pura bantuin nyetrika. Dia bilang kasian ma aku, jadi minta bajunya nggak usah disetrika. Nyatanya? Dia pakai baju tanpa diseterika! Mentang-mentang kerjaannya jualan bakso, penampilan sembarangan!"

Meli masih menyerocos. Dan tanpa sadar, aku kembali membandingkan.

"Dik, tolong setrikain lagi. Kurang rapi, nih!"

Sambil menyetrika aku menggendong bayi kami. Mas Rusdi? Dia sibuk membaca kitab untuk persiapan ceramah.

"Aku harus belajar untuk persiapan ceramah. Jangan kau ganggu."

Astagfirullah. Aku mengibaskan tangan, menghalau semua bayangan perbandingan itu.

Mas Rusdi tidak pernah kasar. Dia juga tidak melanggar aturan agama. Mengapa aku sibuk mengeluh?

Aku hanya bisa mengadu di sepertiga malam.

"Alloh, maafkan aku. Doaku sepeleeee ... sekali. Tolong buat mas Rusdi lebih mengerti aku. Tolong ya Alloh?"

"Satu lagi ya Alloh. Jangan bocorin isi doa ini ke siapapun. Soalnya ada orang yang jengkel dengar doa macam ini. Katanya aku mendikte-Mu."

Aku sudah hamil lagi sekarang. Si sulung sudah tiga tahun.

Dan hariku masih seperti dulu. Mencuci manual. Mengerjakan urusan rumah sendirian. Serta tetap membagi rezeki dengan para jamaah Mas Rusdi.

"Dik, Alhamdulillah ada rezeki lebih. Ada uang cash satu juta. Kamu mau minta apa saja boleh. Asal harganya nggak lebih dari itu."

Aku memandang Mas Rusdi. Hampir lima tahun usia pernikahan, nggak pernah nawarin aku seperti ini.

"Beneran?"

"Iya."

"Apapun?"

"Apapun. Mau barang dapur, pergi ke mana, terserah kamu."

Aku masih terus memandang suamiku.

"Terserah aku? Dan apapun?"

"Iya. Tapi cuma satu juta, ya?"

Satu
Dua
Tiga
.
.
Lima belas detik berlalu. Untuk mengumpulkan keberanian mengutarakan keinginanku.

"Mas, bolehkah aku menangis di bahumu?"

***
100 persen fiktif ya gaes ...

Kamis, 13 Juli 2023

Banyak Jalan Menuju Rawa Pening

 

Banyak Jalan Menuju Rawa Pening


Rawa Pening. Sebuah rawa yang terletak di Kabupaten Semarang dengan luas kurang lebih 2.160 hektar.

Pernahkah Anda berpikir,  mengapa namanya Rawa Pening bukan Rawa Mumet atau Rawa Pusing? Ternyata pening merupakan varian kata wening dalam bahasa Jawa yang berarti bening atau jernih.

Keberadaan Rawa Pening identik dengan sebuah cerita rakyat Baru Klinting. Legenda yang seratus persen fiktif, tapi mengandung pesan tersirat.

Begini kisahnya...

Baru Klinting berasal dari kata bra yang berarti brahmana dan klinting yang berarti lonceng. Jadi si Baru Klinting ini sebenarnya seorang brahmana berwujud naga dengan sebuah lonceng. Kok bisa?

Ya bisa lah. Namanya juga cerita rakyat, bukan beneran.

Ada beberapa versi tentang siapa ortu Baru Klinting sebenarnya. Saya ambil salah satu versi saja.

Ki Hajar dan Nyi Selakanta adalah sepasang suami istri yang tinggal di desa antara gunung Merbabu dan Telomoyo. Mereka warga baik yang suka menolong sesama. Si istri rajin rewang dan berangkat PKK, suami rajin ronda. Tak jarang mereka ngasih hutang ke tetangga, dibayar seingatnya. Kira-kira begitu kalau di zaman sekarang.

Mereka ingin punya anak, dan Ki Hajar memutuskan untuk bertapa demi cita-cita tersebut. Sekali lagi bila di luar nurul harap maklum, ini cerita rakyat.

Nyi Selakanta beneran hamil, tapi saat melahirkan yang keluar adalah seekor naga.

Panik nggak, tuh?
Panik nggak, tuh?
Ya panik, lah. Masak nggak?

Meski panik, Nyi Selakanta tetap merawat naga tersebut bahkan diberi nama Baru Klinting. Saat si anak beranjak remaja, Nyi menyuruh anaknya pergi untuk mencari si ayah.

Singkat cerita, anak dan ayah pun bertemu. Si ayah menyuruh Baru Klinting bertapa di area sebelah agar bisa berubah wujud menjadi manusia. Baru Klinting ini mesti naga tapi dia anak saleh, patuh terhadap kata ortu.

Area tempat bertapa dekat dengan desa Pathok. Penduduk desa ini tiap tahun berburu untuk acara merti desa. Saat warga Pathok berburu, mereka menemukan naga besar dan kemudian disembelih lalu disantap beramai-ramai. Ih, ngeri deh.

Di tengah keramaian pesta daging naga, datanglah seorang anak kecil dekil kumal bau tak terurus. Anak ini sebenarnya penjelmaan naga Baru Klinting. Ia datang meminta makan, izin nimbrung. Namun warga Pathok justru mengusirnya.

Beruntung ada seorang nenek yang iba pada Baru Klinting. Ia menawarkan makanan bahkan sabun untuk rawat diri. Sebagai balasan terima kasih, Baru Klinting berpesan bahwa sebentar lagi akan ada suara gemuruh dan si nenek disuruh bersiap dengan lesung.

Tahu lesung, kan? Alat penumbuk padi yang terbuat dari kayu.

Baru Klinting kembali ke tempat warga Pathok berpesta. Ia menancapkan sebatang lidi ke tanah lalu membuat sebuah tantangan. Challenge kalau istilah kekinian.

Ayo, siapa bisa mencabut lidi ini?

Satu demi satu warga mencoba mencabut lidi tersebut. Mulai emak-emak, anak-anak, bocil tanggung, hingga pemuda kekar. Tak satu pun yang berhasil.

Warga pun mulai resah. Ini gimana, sih, konsepnya?

Lalu dengan santainya Baru Klinting mencabut lidi itu. Dari bekas cabutan, memancarlah air tiada henti sampai desa Pathok tenggelam beserta seluruh warga. Hanya satu yang selamat, yakni si nenek yang ngasih Baru Klinting makanan dan sabun.
 
Genangan air itulah menjadi rawa pening. Baru Klinting pun tinggal di situ.

Meskipun legenda Rawa Pening seperti itu, tapi jangan berharap jika berkunjung ke rawa ini akan  bertemu seekor naga. Sama sekali tidak. Rawa Pening sangat cantik, penuh ikan yang didamba para pemancing, juga banyak enceng gondok.

Ada banyak cara legal menuju Rawa Pening.  Bisa via Bukit Cinta, Jembatan Biru, atau Rawa Apung.

Bukit Cinta terletak di kecamatan Banyubiru. Tiket masuk 15k, buka antara jam 07.00-17.00. Coba jam buka lebih pagi pasti sip, karena komunitas pemburu sunrise pasti akan menyambut gembira.

Di Bukit Cinta, banyak spot asyik untuk foto. Sewa kapal untuk keliling rawa juga ada, harga dimulai 75k per kapal. Isi kapal bisa 8 orang dewasa. Ada pula aula lesehan yang bisa disewa untuk gathering. Murah meriah pokoknya.

Makanan khas yang dijual di area Bukit Cinta adalah sate keong. Murah, enak dan bergizi. Beberapa kios juga menjual sovenir khas yang terbuat dari enceng gondok. Ada tas, sandal, hiasan rumah.

Lain lagi ceritanya bila ke Rawa Pening via jembatan Biru yang terletak di kecamatan Bawen. Bisa datang kapan saja karena gratis. Spot foto tidak banyak variasi seperti Bukit Cinta. Tapi view rawa itu sendiri sudah sangat cantik. Jika pagi cerah maka gunung Merbabu terlihat jelas. Bila sore, sunset sangat menawan. Harga kapal untuk keliling danau sama di tiga tempat.

Kalau ke rawa membaca pasukan bocil, via resto Rawa Apung Ambarawa adalah pilihan menyenangkan untuk mereka. Pasalnya,  banyak wahana di area resto seperti becak mini, mobil-mobilan, dsb.

Pilihan menu di Rawa Apung juga lebih bervariasi. Sewa tempat untuk acara gathering atau perpisahan juga tersedia. Penjual sovenir dari enceng gondok juga ada.

Nah, bagaimana pembaca budiman, menurutmu Rawa Pening via mana yang paling berkesan?

Pastinya jawaban pembaca berbeda, karena kesan mendalam terkadang bukan via mana, tapi lebih bersama siapa.

 

 

Senin, 03 Juli 2023

Menunggu Gerhana

Menunggu Gerhana

Aku bulan
Engkau matahari
Kita berdiam di langit yang sama
Namun tak bisa bersua

Kau berikan sedikit sinarmu untukku
Hingga berbentuk rembulan
Bulat bercahaya sempurna
Membuatku memiliki makna
Walau aku tahu,
Tak selamanya bulan itu purnama

Kau tahu matahari?
Aku ingin mengajakmu berbincang
Bicara tentang laut dan kapal
Atau soal awan dan hujan
Tak terlalu penting apa yang kita omongkan
Sebab sejatinya, hanya ingin mencuri pandang

Jadi, kapan datang gerhana?
Karena hanya saat itu saja
kita bisa bersisian
Matahari dan rembulan

(Puisi milik Cahaya yang sedang mencari cinta)

Senin, 26 Juni 2023

Gunung Ungaran via Perantunan: Cantik dan Menggemaskan

 


Gunung Ungaran via Perantunan: Cantik dan Menggemaskan


Umur berapa Anda tahu, bahwa kisah Rama, Sinta, Rahwana dan Hanoman melibatkan seting  Gunung Ungaran?

Gunung Ungaran adalah gunung berapi tipe stratovulkanik. Gunung ini memiliki ketinggian 2050 MDPL.  Ada tiga basecamp untuk menuju puncak yang terletak di Kabupaten Semarang. Perantunan,  camp Mawar dan Promasan.

Penulis akan membahas naik gunung Ungaran via Perantunan. Mengapa? View paling indah, trek relatif mudah, dan melewati sabana yang wow.

Perantunan terletak di kecamatan Bandungan. Jalan menuju basecamp cukup mulus, tapi sempit dan nanjaknya lumayan. Jadi, hati-hati saja.

Kalau kamu naik motor, bisa parkir di basecamp. Tapi kalau naik mobil, maka parkirlah di lapangan yang disediakan penduduk setempat. Dari tempat parkir ke basecamp bisa naik ojek hanya 10 ribu. Jalan kaki juga bisa. Viewnya lumayan,  kanan kiri kebun mawar.

Basecamp Perantunan dari tahun ke tahun makin tertata. Jumlah toilet makin banyak,  area kemping luas, begitu pula keberadaan pedagang. Makin banyak pilihan.

Naik ke puncak gunung Ungaran via Perantunan menempuh waktu kurang lebih 4 jam. Ini bisa _tek tok_ (naik gunung tanpa nginap), bisa _ngecamp_ di _basecamp_ ,  bisa pula _ngecamp_ di puncak Bondolan. Masing-masing ada persiapan, keasyikan dan kerepotan yang berbeda.

Bila sekedar naik tanpa kemping, sebaiknya berangkat pagi. Siang sedikit biasanya pemandangan sudah tertutup awan. Kalau pun terik, panasnya pasti minta ampun. Bawalah air yang cukup, bekal seperlunya, topi, dan tetap sedia mantel. Cuaca di gunung mudah berubah sulit ditebak macam perasaan perempuan.

Seandainya kamu memutuskan untuk kemping di basecamp Perantunan, view malam sangatlah indah. Udara cukup dingin sehingga jaket dan _sleeping bag_ merupakan bawaan wajib.

 _Sunrise_ bisa dinikmati dari area basecamp, bisa pula di puncak Bondolan atau Butak. Bila merencanakan _summit_ sebelum subuh, wajib membawa senter atau _headlamp_ . Bila berjalan  santai, 2 jam sudah bisa berada di area terbuka untuk menikmati _sunrise_ .

Ada tiga puncak di gunung Ungaran. Bondolan, Butak dan Benteng Raiders. Bondolan merupakan area untuk kemping, berada di ketinggian 1930 MDPL. Tempatnya betul-betul terbuka. Sangat berisiko jika terjadi angin badai. Bila berniat kemping di Bondolan, pastikan bekal air cukup dan pasang tenda dengan kuat.

Perjalanan setelah pos 4 sampai puncak Butak, view berupa savana  sungguh menggemaskan. Selain savana yang begitu cantik, bila cerah kita bisa menyaksikan gunung Merbabu, Sundoro, Sumbing bahkan Lawu. Keren lah pokoknya.

Bagi yang sudah terbiasa naik gunung,  pasti masih punya tenaga untuk mampir ke puncak Benteng Raiders. Jalan dari puncak Butak ke Benteng Raiders melalui hutan hujan yang sangat teduh. Apabila cuaca sedang terik maka perpindahan dari savana ke hutan hujan sungguh nyaman. View di jalur ini penuh dengan pohon besar dan lumut.

Nama Benteng Raiders sendiri diambil dari nama pasukan yang dibentuk oleh Jenderal anumerta Ahmad Yani, salah satu pahlawan revolusi. Awalnya, pasukan Benteng Raiders dibentuk untuk mengatasi gerombolan separatis DI/TII, Darul Islam Tentara Islam Indonesia. Setelah DI/TII teratasi, pasukan ini eksis bahkan pernah dikirim ke Timor Timur.

Pasukan Benteng Raiders menggunakan simbol banteng tanpa telinga (tuli). Ini dimaksudkan,  meski suara peluru musuh berdesingan pasukan tetap maju pantang mundur. Sedangkan  banteng identik dengan hewan yang saat terluka bukan menyerah atau kalah tapi justru makin mengamuk.

Salah satu puncak Gunung Ungaran dinamakan Benteng Raiders, karena pada awal terbentuknya pasukan Banteng Raiders ada tradisi naik gunung Ungaran melalui Medini sebelum dilantik jadi anggota. Tapi jangan dibayangkan jalur di zaman itu senyaman sekarang. Zaman saya SMA saja -kurang lebih 25 tahun silam- gunung ini masih penuh babi hutan. Apalagi tahun 60-an.

Kembali pada Rama, Shinta, Rahwana dan Hanoman. Shinta adalah  istri Rama yang diculik oleh Rahwana. Sedang Hanoman adalah kera putih yang dimintai tolong Rama untuk kembali merebut Shinta. Nah, dalam rangka mengalahkan Rahwana itulah Hanoman menggunakan gunung Ungaran sebagai beban untuk menimbun Rahwana sehingga raksasa itu kalah.

Pembaca, saya menyarankan saat turun gunung belilah makanan di warung yang tersedia di area basecamp. Jangan makan bekal yang dibawa dari rumah.

Mengapa?

Karena jajanmu adalah bahagia mereka.

***

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog Pesona Wisata Kabupaten Semarang

 

Minggu, 25 Juni 2023

Habis Manis Sepah Dibuang

 

Habis Manis Sepah Dibuang

By tundjung


Apakah seseorang yang telah membuang sepah, berarti tidak tahu balas budi?

Pemahaman saya, peribahasa itu cenderung menyalahkan seseorang atau sesesiapa yang telah membuang sepah tersebut.

Namun akhir-akhir ini, pendapat saya sedikit berubah.

Jadi begini, mengapa seseorang bisa jadi sepah?

Semisal karena usia tambah tua trus kurang produktif, ya gimana lagi. Secara perusahaan memang butuh orang baru agar perusahaan eksis. Harap tau diri kalo memang tidak dipake lagi.

Trus yang sekarang sedang viral. Ketika seseorang sedang 'jatuh' , pihak-pihak yang semula bekerja sama tiba-tiba mengumumkan putus kerja. Langsung talak 3.

Jatuh yang saya maksud di sini jatuh pada skandal rumah tangga. Dalam berbagai bentuk. Perselingkuhan, tidak mengakui anak kandung,  sebangsa itu lah.

Hanya warga +62 beda respon ketika yang jatuh itu kalangan hartis. Biarpun pernah terbukti meniduri istri orang,  sampai sekarang masih eksis. Padahal di Korea, yang katanya kurang agamis, aktor atau artis yang kena skandal jepit langsung habis karirnya.

Jadi kalo pelaku hartis lebih mudah memaafkan. Entah kenapa.

Beda lagi ketika serasa menjadi sepah di circle pertemanan. Ketika ada temen baru, temen lama cenderung diabaikan. Gak diajak, gak diundang, bahkan gak disapa.

Kalau saya, sih. Ya dah lah. Jangan pernah merasa jadi sepah. Tetap nikmati hidup. Jadilah temen bagi dirimu sendiri.

Trus ada lagi. Kalo ini circle perhutangan. Pas dikasih pinjaman,  kita jadi sangat manis.
Makasih ya.
Kamu baik banget.
Kalau ndak ada kamu, aku gak tau harus gimana.

Lalu saat jatuh tempo, trus ada yang nagih. Tiba-tiba yang nagih jadi sepah yang super merisaukan dan harus dihindari.

Nah, kalo yang terakhir ini beneran ngenes.

Sabtu, 24 Juni 2023

Rabies: seberapa harus waspada?

 

Rabies: seberapa harus waspada?

By tundjung


Beberapa waktu lalu dunia maya sempat rame oleh tayangan pasien rabies. Berlokasi di IGD sebuah RS, pasien yang masih balita tampak rewel dan menolak saat diberi air minum.

Konon, anak tersebut digigit anjing peliharaan sendiri. Karena gigitan menurut ortu gak seberapa,  hanya dicuci pakai sabun lalu rawat biasa. Luka membaik, tapi tak disangka sebulan kemudian anak demam, rewel, lalu mengalami hidrofobia (takut air). Barulah ortu membawa ke RS, namun anak tak tertolong.

Rabies bisa ditularkan melalui gigitan anjing, kucing  kelelawar, kera, racon, dsb. Tapi 98% kasus rabies yang ada di Indonesia tertular melalui gigitan anjing.

Apakah semua gigitan anjing menyebabkan rabies?

Nggak juga sih. Hanya anjing yang kena rabies yang bisa menularkan rabies. Saya sendiri pernah digigit anjing (40 tahun silam) dan alhamdulillah baik-baik saja.

Apa ciri anjing/hewan yang mengidap rabies?

Air liur berlebih, serta lebih buas dari sebelumnya. Cenderung suka menggigit.

Apa yang harus kita lakukan bila ada yang digigit anjing?

Segera bersihkan luka tsb dengan air mengalir minimal 10 menit. Lalu cuci dengan sabun. Selanjutnya,  bawa ke RS terdekat.

Apa yang seharusnya dilakukan pihak RS?

Biasanya pasien akan mendapatkan 2 suntikan,  yakni anti tetanus dan anti rabies.

Pernah ada yang tanya, memang efektif ya, suntikan anti tetanus pada manusia yang sudah terkena gigitan?

Anti rabies ada 2 macam, berupa serum dan vaksin. Kalau serum berisi antibodi yang akan membunuh virus rabies yang masuk tadi. Sedangkan vaksin rabies merangsang tubuh secara aktif memproduksi antibodi.  

Kadar antibodi menjadi tinggi setelah 7 hari penyuntikan. Dan penyuntikan vaksin akan diulang pada hari ke-7 dan ke-14.

Virus rabies ini masa inkubasi cukup lama. Kata WHO bisa sampai 90 hari. Literatur lain bahkan menyebut 2 tahun. Artinya,  digigit hari ini bermanifes bisa 3 bulan bahkan  2 tahun kemudian. (Kalau saya aman, dah 40 tahun).

Jadi, meski vaksin diberikan setelah digigit insyaallah tetap efektif.

Beda cerita kalau pasien datang sudah dalam kondisi gelisah, rewel, hidrofobi. Kalau sudah begini nyaris tidak bisa ditolong.

Bila dalam suatu daerah terjadi wabah rabies, maka yang diberikan vaksin utamanya justru hewan peliharaan.  Utamanya anjing. Soal dosis pada hewan, saya bukan ahlinya.

Sedangkan manusia yang disarankan mendapatkan vaksin rabies padahal belum digigit adalah mereka yang profesinya 'dekat-dekat' virus rabies. Misalnya dokter hewan, pelatih anjing,  atau nakes yang merawat pasien rabies.

Berarti,  bisa menular dari manusia ke manusia dong?

Betul, sodara. Cairan penderita rabies bisa menular melalui mukosa atau luka terbuka. Itulah mengapa nakes perawat pasien rabies mestinya memakai masker dan gugel.

Apakah luka kecil saja akibat gigitan anjing  bisa menularkan rabies?

Bisa. Jangan meremehkan luka kecil. Efeknya tetap bisa besar.

Bagi muslim, gigitan anjing ini termasuk najis besar jadi harus dibasuh 7 kali, salah satunya dengan tanah. Kalau ada yang bertanya apakah usapan tanah bisa mencegah rabies, jawabannya belum ada yang meneliti. Dilarang berasumsi.

Tentang saya yang pernah digigit anjing (sampai pingsan karena ketakutan), saya telah memaafkan mereka sepenuhnya. Lagian,  itu saya yang usil. Anjing sedang kawin saya ganggu. Wajar kalau mereka marah dan salah satu menggigit kaki saya.

Kecilan saya memang kategori anak yang kurang kerjaan.

Jumat, 23 Juni 2023

Hilang

 Hilang 

By tundjung 

 

Ini bukan tentang kamu dan dia
Ini tentang aku Ini bukan tentang emas 

Yang selalu diburu
Meski harus memecah gunung batu 

Ini tentang berlian
Yang tetiba teringat kenangan 

Dirinya berasal dari arang
Ini bukan tentang mawar 

Yang selalu indah
Saat mekar setengah 

Ataupun waktu penuh merekah
Ini tentang gelombang cinta
Yang kini tinggal cerita
 

Ini tentang kupu bersayap patah
Memiliki kisah tinggal setengah 

Menengok masa lalu
Semasa masih ulat bulu 

Ini bukan tentang kamu dan dia
Hanya sebuah tanya, 

Bolehkah aku menghilang darimu selamanya?

Mati Tanpa Mayat

Mati Tanpa Mayat 

By tundjung 

 

Keranda lalu lalang
Diiringi derap langkah kaki
Setengah berlari 

Terkadang diiringi percik api
Tak ada isak tangis
Hanya raut membatu 

Tanpa tasbih
Nihil tahlil
Suara kesedihan diinjak sindiran
Seakan duka cita aib kehidupan 

Toh mati itu keniscayaan
Keranda masih lalu lalang
Mengusung jasad keadilan

Kamis, 22 Juni 2023

Tentang Disleksia (lagi)

Tentang Disleksia (lagi)

By tundjung

Penyulit lainnya yang kadang dimiliki penyintas disleksia adalah diskalkulia.

Secara gampang diskalkulia itu sulit berhitung. Bentuknya macam-macam. Seorang anak disleksia bisa mengalami berbagai bentuk, bisa pula sebagian.

Bentuknya antara lain gini:
Sulit menjumlah, membagi, mengurangi, mengkali. Kesulitan di pelajaran matematika, atau saat berbelanja.

Kesulitan untuk menerjemahkan bahwa lima adalah 5. Atau lllll berarti 5.

Hal ini terkadang, seorang anak disleksia dengan mudah menjawab lima tambah tiga delapan tapi bingung saat disodori 5+3= ...?

Bukan hanya itu, 'perasaan' mereka tentang angka juga nggak kuat gitu. Itu berimbas sulitnya 'merasakan' waktu. Misal nih, sekolah masuk jam 7. Jarak tempuh rumah sekolah 10 menit. Ketika bangun jam 6.30, ya mereka santai aja gitu. Nggak merasa harus cepat bergegas dll. Nggak merasa waktu untuk mandi makan siap-siap tinggal 20 menit doang.

Gedean dikit, 'perasaan' yang salah terhadap angka bisa berimbas uang bulanan 3 juta habis dalam 2 hari. Padahal kan harusnya dalam 30 hari yak. Atau 28 pas Februari.

Atau bisa juga, tiket pesawat jam 17.00 terbayang di pikiran jam 7.

Mulai sekarang diinget baek baek, perasaan itu bukan cuma benci, rindu, cinta. Angka pun mengandung perasaan

Selasa, 15 Maret 2022

Pantai Timang

Pantai Timang 

By tundjung 


Masak petai pakai kemiri. Kalau ke pantai tak harus mandi 

Gunung Kidul sangat kaya akan pantai. Jika sobat ingin pergi ke pantai di Gunungkidul, tidak ada salahnya googling googling dulu. Pantai macam apa sih yang diinginkan? 

Misalnya nih kepingin snorkeling, mungkin bisa ke Nglabor, Sadranan, Wedi ombo, Slili dll. Lain jika ingin kemping. Ngrumput, Sundak, Bukit Pengilon bisa jadi pilihan. 

Beda lagi jika ingin sekedar mandi di pantai yang tidak terlalu besar ombaknya aman. Eh, semua pantai di Gunungkidul besar dink ombaknya. Hanya saja beberapa memiliki area ajaib yang cukup aman untuk berbasah ria.

Nah, kalau Pantai Timang lain daripada yang lain. Selain view yang sangat instagramable atau selfieable, ada wahana yang tidak dimiliki pantai lain. Gondola. 

Cara tempuh Pantai Timang gampang. Asal ada dana. Sekitar 45 menit dari pantai Indrayanti. GPS akan membawamu ke sana. Tapi hati-hati yak, area situ agak miskin sinyal. Macam minyak goreng. 

Hanya saja Pantai Timang tidak bisa dicapai dengan mobil mainstream. Apansah, Sania, Bimolio, dsb. Harus pakai mobil offroad. Sekitar 4 km dari tkp, banyak jeep yang bisa disewa. Harganya lumayan 350k berisi lima penumpang ukuran dewasa. 

Lumayan murah atau lumayan mahal itu terserah kamu. Karena bagi orang berduit tak ada barang mahal. Tinggal cocok atau tidak.

Jalannya seru penuh kerikil- kerikil tajam. Kalau mau jalan kaki ya bisa aja sih. Atau naik motor. Tapi idep idep menghidupkan pariwisata lokal dah. Sewamu semangatku, kata mereka.

"Harusnya akses masuk dibuat mudah. Jalan diaspal. Kerjasama dengan pemerintah, "begitu komen Pak Antin, sesebapak seperjalanan. Kenalan dadakan. 

"Kami kapok kerjasama dengan pemerintah,"sahut Mas driver yang asli lokal. 

"Beberapa pantai yang awalnya dibabat alas masyarakat setempat, kemudian diambil alih pemerintah, berakhir mengecewakan. Masyarakat pada akhirnya tidak dapat apa-apa. Bahkan untuk beli kios di sekitar tempat wisata juga harus bayar mahal. Kami jadi merasa ditinggal pas sukses suksesnya."

Woh, pastinya sakit deh. Identik dengan ditinggal pas lagi sayang sayangnya. 

Tiket masuk cuma 5k per orang. Murah kalo yang ini sih.

Sampai pantai areanya tidak aman buat mandi. Jadi nggak usah mikir ciblon. Tapi ciamik banget buat foto-foto. Suer. Kulakan foto di sini pokoknya puas. 

Nah, kalau mau naik gondola biayanya juga lumayan. Rp150k per orang. Pilihan lain naik jembatan jembatan gantung Rp100k per orang. 

Sayangnya tidak ada kerja sama antara pengelola gondola dan pengelola jembatan. (Ini pendapat pribadi saya lho ya). Jadi ketika saya kepingin berangkat naik gondola, pulangnya pakai jembatan disuruh bayar 250k. Mikir deh. Ya sudah akhirnya pulang pergi naik gondola.

Mungkin pengelola gondola dan jembatan pernah merebutkan wanita yang sama. Atau kalau mereka beda jenis kelamin, semacam PDAM. Pernah dekat akhirnya musuhan. 

Haish! Ngaco ah. Dimaklumi yak, penulis lagi overthinking.

Di pulau seberang setelah naik gondola, banyak view yang asik banget buat foto ambil pidio dll. Puas deh pastinya. Apalagi bila saat kesini cuaca sedang cerah, langitnya biru. Masya Allah.

Konon katanya sebelum jadi tempat wisata, pulau ini adalah tempat nelayan mencari lobster. Lalu ada seorang warga yang pergi ke Jakarta, tepatnya Taman Mini lihat kereta gantung. Berpikirlah bagi dia untuk membuat gondola memudahkan orang menyeberang Pulau lobster. Hebat yak, sekali liat langsung inisiatif gitu. Lha aku??

Lama-kelamaan gondola ini dijadiin wahana wisata. Sebelum pandemic kabarnya wahana ini cukup ramai. Bahkan didominasi wisata mancanegara. Kata Mas Fendi supir jeep, jalan yang sulit dan gondola yang sangat tradisional menjadi daya tarik. Geunun. 

Saat pandemik, wisata ini mati suri. Waktu saya ke sana pun, relatif sepi. Saya sampai sana sekitar jam 10.30 dan pulang jam 12 siang. Hanya 4 orang yang naik gondola. Tidak terlihat yang menyewa jembatan gantung. Otomatis warung di sekitar pantai Timang juga banyak yang tutup. Yang buka hanya beberapa. 

Recommended banget deh

Mumpung belum rame bisa puas foto tanpa ada iklan lewat. 

Foto-foto di suatu spot tapi banyak yang antri itu seperti sedang di toilet umum trus digedor dari luar.